REFLEKSI PENGETAHUAN DAN PENGALAMAN BARU YANG DIPELAJARI DARI PEMIKIRAN KI HADJAR DEWANTAR

Oleh : Firsti Manah Asri, M.Kom
CGP A.8 SMA Negeri 1 Subah
Ki Hajar Dewantara
Tahukah kalian, kenapa Hari Pendidikan Nasional diperingati setiap tanggal 2 Mei? Karena tanggal tersebut adalah hari kelahiran tokoh pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara. Nama asli beliau adalah Raden Mas Suwardi Suryaningrat. RM Suwardi resmi mengganti namanya menjadi Ki Hajar Dewantara pada 3 Februari 1928 pada usia 40 tahun.
Tahun 1913 sebelum beliau mengganti namanya, beliau sering memberontak Belanda yang pada saat itu menjajah Indonesia melalui tulisan tulisanya di surat kabar. Karenanya, beliau kemudian diasingkan ke Belanda sebagai hukuman. Namun selama di Belanda justru dimanfaatkan beliau untuk belajar tentang pendidikan dan pengajaran.
Tahun 1922 lahirlah taman siswa, didirikan oleh Ki Hajar Dewantara dan menjadi gerbang emas kemerdekaan dan kebebasan budaya bangsa. Taman siswa ada sebagai jiwa rakyat untuk merdeka dan bebas. Semboyan Ki Hajar Dewantara yang menjadi trilogy pendidikan Indonesia adalah Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani.
Pendidikan merupakan kunci dari peradaban manusia. Pendidikan adalah tempat untuk menumbuhkembangkan kebudayaan yang ada dalam masyarakat. Pendidikan dan pengajaran yang berguna adalah pendidikan yang memerdekakan manusia. Manusia yang merdeka adalah manusia yang mampu berdiri sendiri tanpa bergantung kepada orang lain. Menurut Ki Hajar Dewantara, tujuan pendidikan adalah menuntut kodrat yang ada pada anak agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
Pengetahuan dan Pemahaman Baru
Sebelum mempelajari tentang Filosofi Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara, saya menerapkan metode teacher center. Murid adalah lahan saya untuk menyampaikan materi. Semua materi yang saya berikan harus dapat terserap oleh semua peserta didik dengan cara yang sama tanpa mempertimbangkan siswa yang mungkin mengalami kesulitan pemahaman. Semua harus mencapai target yang sama dengan cara yang sama pula.
Setelah mempelajari Filosofi Ki Hajar Dewantara, Saya mulai menerapkan student center, dimana saya mencoba memberikan kerangka besar materi kemudian saya memberikan siswa kesempatan untuk bereksplorasi melalui projek dan menyampaikan pendapatnya dengan berdiferensiasi.
Pembelajaran Berdiferensiasi sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara "Maksud pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat." Pendidikan adalah “Tuntunan” dalam hidup dan tumbuhnya anak-anak agar mereka dapat hidup dan tumbuh menurut kodratnya.
Setiap anak adalah unik, bahkan kembar sekalipun. Mereka memiliki minat dan bakat sendiri sendiri, dan sebagai pendidik kita memiliki kewajiban menuntun anak didik kita agar tumbuh sesuai dengan minat dan bakat mereka dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi.
Pembelajaran di SMA N 1 Subah Dalam Konteks Lokal Sosio Kultural
DI SMA N 1 Subah telah menerapakan pembiasaan baik berupa 5S2T1M (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Santun, Tolong, Terimakasih, Maaf. Setiap pagi kami bapak ibu guru yang terbagi dalam regu piket menyambut anak didik datang didepan sekolah sembari menerapkan 5S. Tak lupa ucapan "Tolong" mengawali saat kita memberikan tugas atau projek kepada anak-anak, begitupun "terimakasih" selalu terucap disetiap akhir pembelajaran, dan anak selalu menjawab juga dengan ucapan "terimakasih buu". Guru tak segan mengucapkan kata “maaf” kepada anak didiknya jika melakukan kesalahan atau ada kekeliruan. Begitupun siswa kepada gurunya.
Dalam konteks sosial kultural sebagi contoh kebiasaan "tilikan" di daerah, merupakan contoh konkrit yang bisa kita terapkan di sekolah. Di SMA N 1 Subah ada program "jumat beramal" yang merupakan sumbangan sukarela dari siswa untuk siswa, uang hasil jum'at beramal digunakan untuk berbagai hal seperti mengajak anak didik peduli dengan teman yang yatim piatu, kekurangan, sakit, terkena musibah atau kesripahan(ta'ziah).
Contoh yang lain saat penerapan kegiatan P5, dimana kita mengajak anak didik untuk lebih Beriman dan bertakwa, Berkebinekaan global, Mandiri, Gotong Royong, Bernalar kritis, dan Kreatif. Dengan memberikan berbagai projek sesuai dengan tema yang telah dipilih dan sesuai dengan konteks sosio kultural di sekitar mereka untuk bekal mereka hidup sebagai individu di masyarakat nantinya.
Kesimpulan
Sebagai pendidik, saya berperan sebagai fasilitator yang bertugas untuk membimbing dan mengarahkan mereka. Saya berupaya untuk melakukan pembelajaran yang berpusat pada murid. dengan memberikan ruang kepada murid untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya, memberikan kesempatan kepada mereka untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.
Selain sebagai fasilitator, saya juga perlu penanaman sikap baik dan budi pekerti. Dengan memasukkan nilai-nilai agama dan kebudayaan sosio kultural dalam proses belajar mengajar. PR kita sebagai pendidik adalah krisis moral anak yang semakin merajalela. Dan ini menjadi perhatian khususnya di dunia pendidikan. Kita harus hadir dan mencoba untuk berpartisipasi mengatasi mulai dari lingkungan sekolah, meski ini tidak bisa berjalan sendiri, harus ada kerja sama yang baik dengan wali siswa.
Saya berharap dapat memaknai semboyan Ki hajar Dewantara, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani. Dari depan saya bisa memberikan teladan, ditengah bisa menggugah semangat dan dari belakang bisa memberikan motivasi dan dorongan.
Share This Post To :
Kembali ke Atas
Artikel Lainnya :
- JURNAL REFLEKSI MODUL 3.1
- JURNAL REFLEKSI MODUL 3.2 PEMIMPIN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA
- KONEKSI ANTAR MATERI:PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN
- SPEKTAKULER! Siswa SMA N 1 Subah Ciptakan Helm Khusus bagi Penyandang Disabilitas
- Siswa SMA N 1 Subah Minimalisir Kecelakaan Lalu Lintas dengan Rekayasa Lampu Sein Otomatis
Kembali ke Atas